On Fire!

On Fire!

Cerita ini diawali saat pertama kali gue masuk kuliah. Owh iya bagi yang belum tau, gue kuliah di Jogja mengambil jurusan Pendidikan Seni Musik. Pertama kali masuk kuliah, tepatnya setelah OSPEK, gue ada kegiatan lain di kampus seperti makrab (malam keakraban), ESQ (Emotional Spiritual Quotient), dll. Cerita kali ini adalah cerita saat gue mengikuti ESQ.

ESQ yang gue ikutin adalah salah satu kegiatan yang diadakan oleh salah satu komunitas rohani di kampus yang anggotanya sendiri dari berbagai jurusan dan fakultas. Jujur gue sendiri nggak begitu tau apa sih ESQ? Gunanya apa? Terus manfaatnya apa? Tapi karena katanya kegiatan ini sifatnya wajib ya akhirnya gue ikut, lagi pula kegiatan ini grr...grrr...gratis!

Kegiatan ESQ yang kami lakukan tempatnya agak jauh dari kota Jogja, gue sendiri kurang tau daerah mana, tapi yang jelas ke daerah pedesaan yang sepi dan kami ke sana naik bus. Gue punya temen baru waktu di bus namanya Seto. Seto ini berkulit hitam kecoklatan dan wajahnya khas orang Jawa banget. Kebetulan dia supir bus-nya. Bukan!

Walau demikian gue kagum sama Seto yang pertama kali masuk kuliah dia langsung bisa boncengin cewek berwajah Jepang, padahal Seto sendiri sangat sederhana tanpa pamer kekayaan, gue salut sama dia (dalam hati iri juga pengen kimochi).

“Bro lu hebat juga juga ya pertama kuliah dapat cewek Jepang wkwkwk.”

“Dia bukan cewek gue bro, orang Indonesia juga, cuma kebetulan aja kalau pulang jalannya searah gitu sama jalan yang gue lewati.”

“Owh kiraen hehe.”

Ternyata dia bukan cewek Seto. Gue girang sesaat. Dan ternyata bus telah berhenti, tanda kita telah sampai. Kita langsung bergegas turun dan langsung disuruh berkumpul untuk diberitahukan jadwal kegiatan ESQ yang akan dilakukan selama 2 hari 1 malam ini. Kakak senior yang menjelaskan namaya Bobi, dan kakak senior yang ikut ESQ ada banyak. Yang gue inget cuma Kak Bobi (ketua panitia) dan Kak Bella, cewek Chinise berkacamata memakai topi dan kurang tau dia tugasnya ngapain. Hanya saja kak Bella ini akhirnya bisa gue sepik-sepik guys (nanti akan gue bahas).

Saat kumpul Seto bisikin gue dengan wajah tanpa dosannya.

“Bro belakang lu ada cewek pakaiannya kurang bahan.”

Gue langsung hadap belakang noleh dengan tatapan tajam. Gue lihat ada cewek berkulit putih rambut pirang, dan pakaiannya tembus pandang, bagian dada dia ditutupin syal sambil menatap gue dengan tatapan pengen nampol.

“Mana bro? Nggak ada tuh??”

“Udah ditutupin bro, lu telat lihatnya.”

“Kamvret lu, gue jadi disangka cowok mesum lagi gara-gara noleh liat-liat.”

“Wkwkwkwk biasa bro salah lu sendiri liat belakang langsung.”

Dan akhirnya kita ke kamar masing-masing sesuai arahan kakak senior. Ada empat kamar. 2 kamar untuk cewek dan 2 kamar untuk cowok. Satu kamar bisa diisi 20 orang. Jadi yang ikut cukup banyak karena kakak senior juga ada kamar khusus.

Kegiatan demi kegiatan kita jalani, berbagai macam game kita ikuti dengan suka cita, menjelang malam kita akhirnya makan malam. Gue sempet lihat cewek yang dari tadi buat gue penasaran, biasanya saat gue nggak sengaja lihat tatapan cewek gue bakalan kalah karena malu sendiri dan cewek itu pun pasti juga mengalihkan pandangan karena malu. Tapi cewek ini lain, sejak game sampai makan malam tiap gue nggak sengaja lihat dia dan dia lihat gue, pandangan matanya begitu tajam (nyaris pandangan sinis) dan tatapan kita selalu bertemu. Gue kalah adu pandang-pandangan. Gue bermaksud mendekatinya dan pengen berteman tapi apa daya tatapan dia yang sinis membuat gue gemeteran.

Habis makan malam kita dikumpuklan lagi di sebuah ruangan dan kita disuruh membuat kelompok yang kali ini akan dibuat untuk berbagai acara yang akan dilaksanakan paginya. Gue sebenernya pengen satu kelompok dengan cewek bertatapan sinis tadi tapi apa daya tidak satu kelompok. Dan gue malah satu kelompok dengan cewek namanya Fera. Fera ini ternyata temen deket cewek yang ber-baju kurang bahan beramput pirang yang memakai syal saat gue liat pertama kali dengan Seto di sini. Fera ini sejak awal suka banget cerita sampai gue sendiri muak dengan keadaan ini. Emang Fera cantik, berambut pendek dan berbadan langsing, cuman mulutnya bau asep saat cerita sama gue. Setelah kami membentuk kelompok kami main game lagi kali ini lomba antar kelompok. Satu kelompok ada 5-6 orang. Di kelompok gue juga ada cowok yang berwajah putus asa dan bersuara datar namanya Boli. Singkat cerita game yang kami lakukan seru sekali dan bikin ngakak. Akhirnya setelah capek main game kami tidur di kamar kami.

***

Malam hari kita ada kegiatan kumpul lagi tapi acaranya tidak biasa. Kegiatan itu diadakan saat kita sedang asyik-asyiknya tertidur. Kita peserta ESQ dibangunkan semua dan disuruh berbaris. Kita disuruh menulis kalimat yang menyatakan harapan dan ditulis 7X disecarik kertas. Kemudian kita dibawa berkeliling satu per satu setelah mengisi kertas tersebut. Tidak ada cahaya lampu, hanya cahaya lilin dan kita dibawa keliling satu per satu oleh kakak senior. Betapa kagetnya gue ketika tiba giliran gue berkeliling gue diajak berkeliling dengan kak Bella. Kak Bella menggandeng gue dan bilang, “Ayo dek ikut kakak.”

Gue cuma diam, tapi dalam hati gue bilang, “Ayok kak bawa gue kak!”

Gue diajak keliling koridor dan ngobrol dengan kakak senior yang ada di sudut koridor rumah tempat kita menginap. Kakak senior itu cewek berwajah tua dan beralis tajam sejajam golok. Setelah mengobrol entah kenapa gue jadi sedih, Kakak senior berhasil membuat gue nyaris mau nangis. Sial lu kak! Dan gue akhirnya diajak kak Bella melanjutkan perjalanan.

“Nggak usah sedih dek, kakak juga tau kalau adek sedih kan sebentar lagi bakalan jauh dari orang tua?”

“Bukan begitu kak...”

“Lalu?”

“Adek sedih karena masih jomblo padahal udah kuliah kak.”

“Hmmm... sedih juga ya dek.”

“Huhuhu sakit.”

Pembicaraan tadi adalah ngawur. Dan setelah ngobrol nggak penting sama kak Bella, akhirnya gue sampai halaman dan di tengah halaman tersebut ada api unggun. Beberapa temen-temen gue yang udah berkeliling duluan, rupanya udah duduk melingkari api unggun tersebut.

Kak Bella akhirnya melepas genggaman tangan gue dan pamit pergi. “Tidak kak...adek butuh tangan kakak.....” (apaan sih Drie).

Sampai di depan api unggun gue disuruh membacakan kalimat yang udah gue tulis sama Kak Bobi. Dan di sekitar api unggun tersebut ada banyak kakak senior laki-laki. Gue jujur malu disuruh membacakan kalimat gue keras-keras. Gue dibentak dan harus teriak membacakan kalimat yang gue tulis. Bahkan gue ditarik-tarik kayak orang mesum yang mau diarak keliling kampung.

“Gue ingin berubah menjadi lebih baik!”

“Yang keras dek!”

“Gue ingin berubah menjadi lebih baik!”

“Nggak denger dek!”

“Gue ingin berubah menjadi lebih baik!”

“Kurang keras dek!”

“Gue ingin berubah menjadi lebih baik!”

“Ngomong apa itu! Yang lebih keras!”

“Gue ingin berubah menjadi lebih baik!”

“Katakan dengan tekad bulat dek!”

“Gue ingin berubah menjadi lebihi baik!”

“Sekali lagi dek!”

“GUE INGIN BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK!”

Karena gue teriak-teriak, gue langsung serak seketika dan berubah menjadi Ultramen. Kertas yang udah ditulis dan dibaca 7X akhirnya dilempar di api unggun. Sinyal ting-tong-ting-tong Ultramen pun berbunyi, tenaga gue udah habis vroh.

Setelah itu gue dituntun kakak senior lain untuk duduk melingkari api unggun tersebut. Gue duduk di sebelah cewek tinggi (duduk aja kelihatan tinggi) yang nampaknya masih ngantuk, mengingat sekarang sekitar jam 11 malam. Karena suasana begitu hening, gue pengen nambah kenalan baru mungkin ada baiknya gue kenalan sama cewek sebelah kiri gue yang sipit dan tinggi ini. Waktu gue mau nyapa dia tiba-tiba gue disapa cewek sebelah kanan gue duluan.

“Malam ini sunyi banget ya?”tanya cewek sinis tersebut ke gue.

“Eh? Iya sunyi... gue juga ngantuk hehe.” Gue masih kaget diajak ngobrol tiba-tiba.

“Sama gue juga, udah 5 what ini, gue tadi juga belum sempet tidur lagi.”

Gue menoleh ke sebelah kanan ternyata dia adalah cewek yang berwajah sinis, cewek itu nggak lain adalah yang selalu lihat gue dengan tatapan sinis dan penuh hawa ingin menculik gue yang masih polos ini.

“Tolong culik gue.” Spontan gue ke dia.

“Hah?”

“Eh..maksudnya gue pengen diculik agar segera bisa tidur, soalnya udah nggak kuat hehe..haha.”

“Owh iya, btw Gue Adrie.” Gue langsung mengulurkan tangan.

“Gue Angel.”

Dan akhirnya gue ngobrol dengan diasetelah saling berkenalan dan gue jadi tau kalau namanya adalah Angel. Malam itu kemungkinan gue bakalan mulai melepas status jomblo gue, berharap Angel memberikan asupan gizi yang membuat gue semangat memulai kuliah karena ada penyemangat (asyik).

Selama gue sedang asyik ngobrol dengan Angel, gue lihat Seto dari jauh berdiri di depan api unggun dan berteriak membacakan kalimat harapan positifnya.

“Gue bakalan semangat kuliah, membahagiakan orangtua dan kelak gue akan menjadi orang yang sukses dan punya istri yang cantik!” teriak Seto.

“Apa lu bilang??” tanya kakak Bobi membentak.

“Gue bakalan semangat kuliah, membahagiakan orangtua dan kelak gue akan menjadi orang yang sukses dan punya istri yang cantik!”

“Yang keras!”

“Gue bakalan semangat kuliah, membahagiakan orangtua dan kelak gue menjadi orang yang sukses!” teriak Seto yang kata-kata panjangnya mulai dipendekkan dan dirubah.

“Mana kata istri yang cantik? Niat punya istri yang cantik nggak!”

“Gue bakalan semangat kuliah, membahagiakan orangtua dan kelak gue akan menjadi orang yang sukses dan punya istri yang cantik!”

“Nah gitu terus!”

“Toloooong!” kata Seto.

“Apa lu bilang? Ulangi!” teriak kakak senior yang lain.

Seto membaca kalimat itu 7X dan teman-teman tertawa terbahak-bahak dengan kalimat panjang Seto, terutama bagian mempunyai isteri cantik. Seto malu banget.

Setelah Seto ada cowok yang gue juga nggak gitu kenal nampak menggila, dia teriak membacakan kertas yang dia tulias bahkan sambil nangis, beberapa kakak senior berusaha menenangkannya.

Setelah acara tersebut selesei, kita peserta ESQ diajak berdoa di sebuah ruangan untuk menenangkan pikiran. Gue akhirnya pisah dengan Angel. Kita berdoa dengan hening di sebuah ruangan ber AC alami. Parahnya saat hening tersebut malah ada yang tidur dengan posisi bersila sambil ngorok. Sekali lagi semua tertawa terbahak-bahak sampai yang ngorok bangun, dan semua malah keluar berhamburan. Yang ngorok ikut kabur padahal jelas-jelas yang lain pada mau ninggalin dia karena jadi nggak fokus berdoa.

Kakak senior akhirnya marah-marah dan nyuruh kita semua masuk ruangan lagi untuk berdoa bersama. Setelah itu kita semua melihat beberapa orang yang ada dibalik layar. Nampak sekali dia bercerita tentang kehidupan dia (yang kebanyakan menyedihkan) sambil menangis, kita cuma melihat bayangan saja karena ruangan masih gelap, hanya sinar dari lilin saja yang menerangi kita.

Mendadak semua menangis dan beberapa minta tisu untuk mengusap air matanya. Gue malah waktu itu nggak bisa nangis, mungkin gue egois karena gue cuma sedih pas gue inget kalau jomblo aja (haha), ternyata banyak teman-teman yang kisah hidupnya begitu berat.

Ada sekitar tiga orang yang bercerita tentang kisah kehidupannya, kebanyakann mereka nangis dan bercerita dibalik layar. Gue nggak bisa lihat siapa saja yang bercerita karena cuma terlihat bayangan saja. Hanya saja suarannya nggak bisa gue lupa, suara yang terlihat berat tapi ada kelegaan karena berhasil cerita semua beban hidupnya.

Setelah itu kami duduk-duduk diluar dan sambil minum teh atau susu jahe untuk menghangatkan badan, daerah di desa membuat kami kedinginan dan sekarang masih sekitar jam 2 pagi. Kami semua nggak tau waktu karena alat eloktronik kami disita semua. Beberapa nampak makan gorengan sambil sharing satu sama lain. Gue duduk dengan Fera (lagi). Fera tiba-tiba ngajak ngobrol, “Drie..emm cewek yang merokok menurutmu gimana?” tanya Fera ke gue.

“Gimana ya? Nggak sehat lah kenapa emang?” tanya gue balik.

“Menurut gue keren sih Drie hehehe.”

“Merokok membunuhmu Fer.”

“Iya juga sih Drie.”

“Lebih baik lu berkarya, pasti nanti lu juga lupa ngerokok, mungkin banyak hal yang lebih asyik daripada ngerokok. Gue nggak larang lu buat merokok itu juga hak lu kok.

“Iya iya gue tau. Makasih masukkannya.”

“Iya sama-sama, ayok kita tidur besok masih ada acara sampai siang juga.”

“Ayok.”

Kami tersenyum dan akhirnya pamit buat istirahat, Beberapa orang juga nampak mulai masuk kamar satu per satu. Kamipun melanjutkan istirahat (sejenak).

***


Paginya kami berpetualang bersama, tempatnya luar biasa indah dan seru. Gue sudah kumpul bersama kelompok dan kali ini Fera tampaknya tidak terlihat murung lagi. Gue banyak ketemu temen baru juga, gue dapat kontaknnya kak Bella (tanya Facebook-nya). Gue juga dapat kontaknya Angel (pakai kertas), gue juga dapat kontak temen-temen baru dari buku kegiatan. Untung banyak! Hahaha! Inikah arti ESQ yang sesunggunhya? Gue semangat banget sampai gosong (beneran gosong karena kegitan di luar).

Saat pulang gue langsung kontak temen-temen baru dan ternyata kuliah tidak seburuk yang gue kira (masih awal seneng dan belum tau skripsi). Gue akhirnya main sama Angel dan temen-temen yang lain juga. Semoga banyak kenangan yang lebih seru lagi. Gue sadar kalau gue lupa buat tugas kuliah. Kehidupan kuliah yang banyak tugaspun menanti. Tolong culik gue.

***


Belum ada Komentar untuk "On Fire!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel